Juha dan Bach
Juha adalah seorang remaja kelas 1
SMA. Ia berasal dari keluarga kurang mampu. Ayahnya adalah seorang petani dan
ibunya seorang ibu rumah tangga. Juha merupakan anak ke-2 dari 4 bersaudara.
Juha tidak terlalu pandai dalam ilmu
pengetahuan, namun ia merupakan seorang pekerja keras. Sepulang sekolah
biasanya Juha membantu ayahnya bertani. Abangnya sudah pergi merantau,
semantara kedua adiknya adalah perempuan yang masih duduk di tingkat SMP. Kedua
adiknya hanya membantu ibu mereka dirumah.Jadi Juha dan ayahnyalah yang bertani
di ladang setiap hari. Jika tak ada lagi yang harus dikerjakan di ladang, Juha
biasanya mencari uang dengan cara lain, contohnya dengan mencari ikan di sungai
lalu menjualnya atau membantu memanen kelapa sawit dan karet. Ya, setiap hari
pahitnya keringat pasti dirasakannya, walau begitu manisnya hasil dari
kepahitan itu membuatnya tak ingin angkat tangan atas keluarganya.
Keinginan
Juha adalah untuk merantau, nanti setelah tamat SMA, sama seperti abangnya,
namun abangnya pergi merantau saat masih beranjak SMA. Juha juga ingin merantau
ke tempat yang sama seperti abangnya, yaitu Jakarta. Sejak kecil. Juha selalu
ingin meniru abangnya, selalu ingin sama dengan abangnya. Segala upaya
dilakukannya untuk menyamai “Bach” abangnya. Tetapi ia selalu gagal, abangnya
tampak bagai cahanya baginya dan ia bayangannya. Setaipa Juha mengeluh pada
ayah atau ibunya mereka pasti menjawab, “sudahlah kamu kan lahir belakangan.”
Ya, Juha dan abangnya Bach adalah kembar. Oleh sebab itulah, Juha ingin seperti
abanganya, walaupun selalu gagal. Tetapi baginya, tekadnya merantau seperti
abnagnya, tidak boleh gagal.
Hari ini
tiba bagi Juha untuk pergi merantau, Ia telah lama menabung untuk ongkos
kendaraan. Setelah berpamitan dengan keluarganya, ia pun berangkat. Ia
mengemban 2 tugas dalam perantauannya, tugas yang pertama berasal dari
orangtuanya sekaligus menjadi tugas terpenting bagi dirinya sendiri. Tugas itu
adalah untuk mencari Bach. Tugas keduanya adalah untuk mencari pekerjaan dan
meneruskan pendidikan.
2 hari perjalanan darat dan laut
telah dilaluinya, Juha kini telah berda di Jakarta. Hal pertama yang dicarinya
dalah mencari Bach. Ia tak menemukannya pada hari pertama. Esoknya ia mencari
pekerjaan dan mendapatkannya. Ia bekerja sebagai pengedar Koran. Gajinya cukup
untuk makan dan minum 2kali sehari. Selanjutnya, pada hari ke-3 sampai pada
hari ke-8, ia mencari Bach, namun tak juga menemukannya. Pada hari kesembilan,
saat sedang mencari abangnya, ia melihat seorang bapak ditarik paksa oleh 3 orang
pria. Ia segera menolong bapak itu dan menghajar ketiga pria yang menariknya.
Kegiatannya di kampung dulu telah membentuk otot yang kuat sehingga, ia menang
melawan 3 orang pria tersebut. Bapak yang ia tolong pun berterimakasih dan
memberikan beberapa lembar uang padanya. Ia menerima dengan agak sungkan.
Tak lama setelah kejadian itu, 3
pria tadi datang bersama 5 orang lainnya. Juha dihajar dan dibawa kesuatu
tempat. Rupanya ia sedang berhadapan dengan teroris, ia sudah babak belur di
markas mereka. Ketika kepala Juha hendak ditembak, seseorang segera member
perintah untuk tidak menembaknya. Ternyata dia adalah wakil kepala teroris.
Juha menatap orang itu. Juha kaget. Ternyata dia adalha Bach, abangnya.
Juha kini menjadi tangan kanan Bach
dan sekali lagi Juha kalah dari abangnya. Juha yang dulu baik, mau menolong
kini berubah menjadi Juha yang kejam. Mereka membunuh, merampok, mengedar
ganja, meracik bom, dan melakukan tindak kriminal lainnya. Juha melakukan semua
itu karena abangnya, abang yang ia sayangi.
Pada suatu hari, Bach diberikan
tugas tingkat-S, artinya bahwa itu adalah tugas tingkat tinggi. Ia harus
membunuh seorang Jendral bintang 4 tanpa meninggalkan jejak. Ia menerima tugas
itu. Bach kemudian mencari dan menemukan targetnya, ia sedang sendiri. Bach
lalu menyergapnya dari belakang dan membunuhnya, sayangnya perbuatannya
ketahuan oleh 3 bodyguardnya. Mereka segera melapor polisi, Bach pun berusaha
menyelamatkan diri, namun ia terkena sebuah tembakan di lengan kanan. Tapi pada
akhirnya ia berhasil lolos. Sesampainya Bach dimarkas, , bach bukannya dipuji,
tetapi ia dibunuh oleh bos karena pembunuhhannya ketahuan. Mayatnya dibuang ke
sungai. Juha tidak tahu karena pada saat itu ia sedang dalam misi.
Juha tidak tahu bahwa abangnya
dibunuh. Setiap ia tanya pada anggota atau bos, mereka pasti menjawabkalu Bach
pergi ke luar negeri. Juha terus curiga, ia selalu mencari tahu keberadaan
Bach, tapi tetap tak ketemu. Sampai pada suatu hari, saat ia dirumah dan
menonton berita, ia melihat sebuah mayat ditemukan di sungai dan mayatnya
dibawa ke rumah sakit. Ia segera pergi ke rumah sakit tersebut. Ia mendapati
bahwa mayat dari sungai itu adalah abangya “Bach”. Ia menangis menjadi-jadi
saat itu. Dengan hati yang terbakar amarah ia kembali kerumah, melengkapi diri
dengan senjata lalu menelepon polisi. Ia tahu bahwa yang membunuh Bach pasti
bos, maka ia pergi ke markas. Ia menembaki penjaga pintu. Ia membunuh banyak
anggota didalam markas, tanpa terkena luka sedikitpun, ia kemudian mendobrak
ruangan bos, didalam terdapat 5 bodyguard bos. Ia menembaki kelimanya tapi juha
juga terkena 3 tembakan di perut. Juha terkapar, saat bos hendak menembaknya,
bos tiba-tiba ditembak polisi yang datang dari pintu. Rupanya Juha menelepon
polisi untuk membocorkan lokasi markas. Semua teroris yang mati dan yang
terluka pun dievakuasi.
Juha kemudian dioperasi untuk
diambil peluru yang bersarang diperutnya. Setelah keadaan Juha pulih. Ia
disidang dan dihukum penjara seumur hidup.
Masih 1 tahun ia dipenjara ia
tiba-tiba dibebaskan. Ternyata bapak yang ditolongnya saat disergap 3 pria itu
yang menjaminnya. Bapak itu adalah seorang yang berpengaruh di Indonesia.
Juha pun kini bekerja sebagai Densus
88 anti-teror. Ia menjinakkan banyak bom dan berjasa besar bagi banyak
penangkapan teroris.